Indonesia adalah negeri yang memiliki keanekaragaman paling banyak di dunia. Mulai dari budaya, suku, dan bahasa. Tapi hebatnya semua saling menghormati dan menghargai karena ikatan Bhinneka Tunggal Ika.
Di sini, kamu harus tahu kalau setiap budaya memiliki tradisi yang berbeda-beda sesuai adat dan keyakinan masing-masing. Tentunya akan membuat kita bangga sebagai warga Indonesia yang kaya akan keunikan dan ciri khas di dalamnya. Inilah 10 tradisi budaya yang pasti membuatmu merinding.
1. Ikipali, Ungkapan Kesedihan dengan Memotong Jari
Salah satu suku daerah Papua, tepatnya Suku Dani memiliki tradisi memotong jari yang disebut ’ikipalin’. Tradisi ini terbilang ekstrim yang dilakukan bila ada salah satu anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, dan adik.
Maka suku ayah atau ibu dari anggota keluarga suku Dani wajib memotong jarinya sebagai simbol sakitnya saat kehilangan anggota keluarga, dan untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa anggota keluarga mereka
2. Debus, Bentuk Keberanian Melawan Penjajah
Debus merupakan tradisi yang digelar di daerah Banten. Kini, debus sering menjadi ajang pertunjukkan oleh masyarakat Banten. Adapun pertunjukkan ini terbilang unik, yaitu setiap anggota melakukan adegan menusuk perut dengan tombak, menyayat bagian anggota tubuh dengan golok, memakan api, menusukkan jarum kawat ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya hingga tebus tanpa mengeluarkan darah.
Memang semuanya berada di luar logika. Tapi kembali bahwa sebelumnya setiap anggota juga melakukan ritual yang dibimbing oleh sesepuh atau guru kepala.
3. Pukul Sapu, Walaupun Berdarah Kita Tetap Ramah
Pukul Manyapu atau Baku Pukul Manyapu merupakan atraksi unik dari Maluku Tengah yang biasanya dipentaskan di Desa Mamala dan Desa Morella, Maluku Tengah. Pertunjukan ini digelar setiap hari ke 7 syawal setelah Idul Fitri.
Banyak wisatawan yang datang untuk melihat atraksi ini. Setiap anggota desa saling memukul menggunakan lidi hingg berdarah. Tapi hebatnya suasana tetap akrab setelah atraksi tersebut. Adapun filosofi dari tarian ini, sebagai pengingat Pasukan Telukabessy saat bertempur untuk mempertahankan Benteng Kapapaha dari serbuan penjajah.
4. Perang Pandan Makare-kare, Bentuk Persembahan Kepada Sang Dewa Perang
Di daerah Bali, khususnya di desa Bali Aga, terdapat sebuah tradisi upacara adat yang merupakan bagian dari 'Sasih Sembah', yaitu sebuah upacara adat berupa perang dengan menggunakan daun pandan sebagai senjata dan rotan sebagai tameng. Setiap pemain akan bertarung memukul secara bergantian.
Tradisi ini merupakan bentuk ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra sang dewa perang. Karena itulah, masyarakat yang melakukan tradisi ini melakukan perang pandan tanpa rasa dendam.
5. Pasola, Perang Antar Ksatria Berkuda
Pasola merupakan tradisi asal Sumba yang sudah populer bagi wisatawan asing maupun lokal. Tradisi digelar sebagai merayakan panen dan memulai masa tanam baru dalam kepercayaan merapu. Tradisi ini telah diwariskan selama berpuluh-puluh tahun dengan cara berperang menggunakan tombak dan kuda.
Adapun filosofinya, setiap pemain yang terkena tombak dan berdarah, maka darah tersebut bisa menyuburkan tanah yang berarti akan panen dan sukses. Tapi sebaliknya, jika ada salah satu pemain yang mati, maka korban tersebut berarti mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan
6. Passiliran, Ketika Batang Pohon Dijadikan Pemakaman Bayi
Setiap bayi adalah suci, begitulah ungkapan yang sering kita dengar. Di Tana Toraja ada proses tradisi unik yaitu dengan memakamkan bayi yang meninggal di dalam batang pohon tarra', pohon yang dianggap suci oleh kalangan suku Tana Toraja.
Tapi khusus bayi yang berusia dibawah 6 bulan, saja yang dimakamkan di sini. Mereka menganggap bahwa bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi adalah bayi yang masih dalam keadaan suci sehingga perlu dikembalikan kepada rahim ibunya dengan cara memasukkannya ke dalam batang pohon tarra’.
7. Ritual Manene, Ketika Para Mayat Berganti Baju Baru
Ada satu tradisi unik di Tana Toraja yang sempat menghebohkan pemberitaan dunia, yaitu tradisi Manene. Sebuah ritual pemandian, perawatan sampai pnggantian baju baru bagi para kerabat pendahulu yang telah meninggal dunia. Setelah itu, para mayat akan diarak ke sekeliling kampung.
Tradisi ini digelar setiap 3 tahun sekali. Adapun filosofinya adalah mereka menganggap bahwa jasad orang yang telah meninggal pun perlu di rawat dan di hormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.
8. Ritual Tiwah, Upacara Mengantarkan Roh Ke langit
Bagi suku Dayak yang menganut kepercayaan agama Kaharingan, setelah kematian, orang yang meninggal dunia belum bisa langsung masuk ke dalam surga. Maka dari itu sebuah proses kematian perlu dilanjutkan dengan ritual lanjutan (penyempurnaan) agar tidak mengganggu ketentraman dan kenyamanan orang yang masih hidup.
Ritual tersebut bernama tiwah, yakni prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan jasad dari liang kubur menuju tempat yang bernama sandung atau rumah kecil dengan tidak menyentuh tanah.
9. Kerik Gigi, Karena Kecantikan Juga Butuh Rasa Sakit
Setiap wanita pasti ingin dirinya cantik. Tapi bagi wanita suku Mentawai, kecantikan itu juga harus siap berkorban dalam melewati rasa sakit. Salah satunya adalah proses kerik gigi tanpa alat bius yang dilakukan oleh pimpinan adat.
Adapun bentuk filosofinya, dengan memodifikasi gigi seperti hiu tradisi Kerik menggambarkan sebagai pengantar jiwa Gadis Mentawai menuju Kedamaian. Pesona kecantikan Gadis Mentawai muncul dari keyakinan bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan, keinginan jiwa harus sejalan dengan bentuk tubuh.
10. Lamafa, Ujung Tombak Berburu Paus
Di daerah Lembata, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah tradisi turun-temurun yang sudah dikenal penjuru dunia. Tradisi tersebut adalah berburu paus biru yang sudah dilakukan sejak abad 16. Masa perburuannya berkisar dari bulan Mei sampai Oktober.
Bagi mereka, berburu paus bukan sekedar sebagai sumber kehidupan. Mereka menganggap berburu paus sebagai bentuk perhelatan besar yang dinikmati orang sekampung. Paus yang mereka buru hanya bertujuan untuk bertahan hidup bukan sebuah komoditas dagang untuk diambil keuntungannya. Maka dari itu pemerintah membolehkan budaya tersebut meski ditentang oleh berbagai aktivis mamalia laut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar