Banyuwangi merupakan sebuah kota di ujung timur Pulau Jawa, kota yang penuh dengan sejarah kerajaan serta adat dan budaya yang begitu kental. Kota yang mulai dilirik oleh turis lokal maupun turis mancanegara sebagai tujuan destinasi wisata.
1. Tarian Gandurung
Gandrung berarti mempesona dan menarik hati. Selama Seratus tahun Banyuwangi tercatat sebagai penghasil bumi yang baik. Awal mula tarian gandrung ini merupakan sebagai wujud rasa syukur kepada Dewi Sri, Dewi Sri merupakan Dewi-nya sang padi tersebut.Tarian ini diadakan setelah menuai padi.
Sekarang tarian ini dipakai sebagai tarian selamat datang untuk menyambut dan menghormati tamu. Biasanya disajikan pada acara pesta perkawinan, syukuran, serta pada acara-acara tradisional lainya salah satunya di acara tahunan banyuwangi festival.
2. Tumpeng Sewu
Tumpeng Sewu adalah ritual adat selamatan massal yang digelar di Desa Kemiren, salah satu basis Using, masyarakat asli Banyuwangi. Ritual ini digelar seminggu sebelum Idul Adha. Tradisi ini bertujuan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan yang diterima warga Kemiren.
Tradisi tumpeng sewu yang menjadi salah satu agenda Banyuwangi Festival ini bertujuan untuk melestarikan kearifan lokal Banyuwangi sekaligus mengenalkan tradisi dan budaya daerah ke tingkat yang lebih luas. Tradisi yang menggambarkan keramahan dan keterbukaan suku using ini dilaksanakan di sepanjang jalan Desa Kemiren, dengan melibatkan seluruh masyarakat using dan wisatawan lain yang datang di desa kemiren untuk selamatan bersama.
3. Seblang
Banyuwangi memiliki dua kesenian seblang yang berbeda, yaitu Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan.
Seblang Olehsari
Seblang merupakan upacara bersih desa untuk menolah balak yang diwujudkan dengan mementaskan kesenian sakral yang disebut seblang, yang berbau mistis. Seblang olehsari ditarikan oleh wanita muda selama tujuh hari berturut-turut. Sang penari menari dalam keadaan kesurupan. Dia menari mengikuti irama gending atau 28 lagu yang dinyanyikan oleh beberapa sinden.
Seblang Bakungan
Seblang bakungan merupakan upacara penyucian desa. Upacara ini dilakukan satu malam, tepatnya pada satu minggu setelah Hari Raya Idul Adha. Tujuan dari upacara ini adalah menolak balak. Prosesi diawali dengan ider bumi, yaitu parade oncor (obor) berkeliling desa yang dikuti oleh penduduk desa. Seblang ditarikan wanita tua di depan sanggar. Setelah diberi mantra-mantra, dia menari.
4. Mepe Kasur
mayoritas penduduknya memiliki tempat tidur “Kasur – Bahasa jawa” dengan motif dan warna yang sama yaitu hitam dibagian atas dan bawah, merah di pada tepinya. Kasur ini akan dimiliki oleh pasangan pengantin dari orang tuanya. Hal ini memiliki filosofi tersendiri, warna merah yang berarti sebagai penolak balak dan hitam melambangkan kelanggengan dalam rumah tangga.
Pada satu momen seluruh masyarakat kemiren mengeluarkan kasur tersebut untuk di jemur disepanjang jalan desa kemiren. Tradisi ini dinamakan mepe Kasur, menurut tetua adat setempat tradisi ini dilakukan karena sumber segala penyakit berasal dari tempat tidur. Hal ini dilakukan untuk mengusir segala macam penyakit. Tradisi tersebut merupakan satu rangkaian dari tradisi Tumpeng Sewu “ritual bersih desa” yang dilaksanakan pada bulan Dhulhijjah.
Disana kalian bakal bisa menikmati suguhan tarian, musik, dan kopi tradisional khas Desa Kemiren.
5. Othek
Musik Gedhogan ala Desa Kemiren, mereka akan bergantian memukul lesung-lesung dihadapan mereka. Musik yang dimainkan mbah-mbah ini disebut Gedhogan. Biasanya diiringi oleh pemain biola tradisional dan angklung paglak. Kesenian ini merupakan warisan budaya asli Osing, Suku asli Banyuwangi. Pada saat masa panen tiba, para petani menggunakan ani-anak diiringi tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang-pematang sawah. Saat menumbuk pada, para perempuan memainkan tradisi Gedhogan, yaitu memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi ritmis yang enak didengar. Dari sinilah tradisi Ghedhogan bermula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar