Tujuh belas agustus dua ribu enam belas (17- 08 – 2016). Menjadi momen yang ditunggu, selain karena libur nasional, aku menyiapkan agenda untuk merayakan 71 tahun kemerdekaan Indonesia. Ingin menikmati suasana perayaan kemerdekaan yang berbeda dari lingkungan rumah, aku dan kakakku memutuskan untuk pergi ke Jakarta, menuju Taman Mini Indonesia Indah. Saat melewati daerah Bumi Perkemahan Cibubur, jalanan ramai tidak hanya dengan mobil tetapi beberapa orang yang menggunakan seragam berwarna coklat. Yup, mereka merayakan Hari Jambore Nasional, pesta kegiatan pramuka penggalang se-Indonesia. Mengingatkanku ke beberapa waktu lalu, saat menikmati kegiatan kegiatan pramuka yang sangat menyenangkan.
Saat tiba di TMII, kami membeli tiket masuk dengan harga Rp 15.000 per orang, tempat yang paling kami suka adalah rumah adat berbagai daerah di Indonesia, walau pun sudah beberapa kali datang tapi ada saja hal yang menarik untuk dikunjungi, selain untuk take a selfie tentunya, bisa menikmati suasana beberapa daerah dalam waktu yang dekat tanpa harus ke luar provinsi. Aku suka sekali dengan rumah panggung, karena di kota tidak ada yang menggunakan rumah panggung, disini sudah menerapkan modern style. Lihat saja perumahan yang bermunculan, namanya itu kebanyakan nama nama barat. Aku membayangkan, bagaimana kalau nama perumahan itu berasal dari nama makanan di Indonesia, misalnya Perumahan Kuliner Indonesia, lalu nama jalan di kompleknya seperti Jalan Seruit, Jalan Serabi, Jalan Gudeg, Jalan Ayam Taliwang atau Jalan Rendang, yang belum tau apa itu seruit yaitu ikan yang digoreng, dicampur sambal terasi, tempoyak atau mangga,makanan khas Lampung pastinya jadi laper dan penasaran ingin coba. Setidaknya jadi tambah cinta Indonesia deh.
Hal yang seru saat aku mengunjungi rumah adat dari Papua adalah ada panggung pentas seni disana, menikmati tarian dan nyanyian dari Papua, mereka yang menari salah satunya merupakan peserta Jambore Nasional. Hal yang menarik adalah ada acara bakar batu di halaman rumah adat Papua, hmmm… aku baru mendengar istilah bakar batu, Batu dibakar? Aku bingung dan semakin penasaran, aku melihat lubang yang besar, batu dan kayu. Kemudian beberapa lelaki membuat perapian dengan menyusun batu dan kayu dan dedaunan, setelah susunan tersebut tertutupi dengan kayu dan dedaunan kemudian kayu dan dedaunan tersebut dibakar hingga habis terbakar dan kemudian batu dalam susunan tersebut menjadi panas.
"Bakar batu adalah proses memasak, makanannya dimasak dengan batu yang panas, makanan yang dimasak berupa ubi uibian, daging. Ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur atas keberkahan." seperti itu hal yang disampaikan pembawa acara tersebut, btwpembawa acaranya cantik dan senyumnya manis wkwkwk. Disini yang memasak semunya lelaki, dan terlihat sekali solidaritasnya, saling membantu satu sama lain. Aku menyaksikan tidak jauh dari perapian, jadi cukup terasa panas. Makanan disusun diatas perapian, namun makanannya dibungkus dengan aluminium foil. Dikatakan bahwa di tempat asalnya makanan langsung disusun diperapian, jadi yang di sini versi yang dimodifikasi hehehehe. Tercium juga aroma makanannya setelah makanan dibakar, aromanya nikmat sekali, tapi aku ga makan karena lagi diet (sejak kapan diet hehehe).
Setiap daerah memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan rasa syukur atas keberkahan seperti hasil alam yang melimpah, salah satunya Papua dengan bakar batu, selain sebagai ungkapan rasa syukur ini juga bisa menjadi ajang silaturahmi antar warga, karena pastinya semua warga menunggu acara ini sehingga semua warga ikut berkumpul menyaksikan.
Hanyut dalam suasana kegembiraan disana, aku belum pernah ke Papua, dengan melihat acara ini aku jadi tau dan menikmati budaya Papua di Jakarta.Tentunya aku tidak lupa untuktake a selfie dan mendokumentasikan kegiatan tersebut. Foto di rumah adat Papua yang bentuknya unik gitu, rumah yang terbuat dari kayu dan atap dari jerami, atap berbentuk kerucut, kontruksi seperti itu membuat tahan gempa. Perlu diingat bahwa rumah adat Papua namanya rumah honai, walau pun aku lebih banyak mengingat otot dan tulang, tapi jangan lupa juga nama nama rumah adat di Indonesia. Selain itu aku juga foto sama penari tarian tradisional Papua, dan ternyata mereka berasal dari Jayawijaya, salah satu Kabupaten di Papua.
Bersyukurlah aku bisa menikmati, merayakan Kemerdekaan Indonesia dengan suka cita, walaupun disisi lain Indonesia belum sepenuhnya merdeka, karena sebagian hak hak warganya banyak yang belum sempurna. Aku akan belajar lebih mencintai negaraku, negara yang unik dan beragam budayanya. Dirgahayu Indonesia !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar